Menyusuri
Cerpen di Jalan Al-Kabaah
Karya:
M. Shoim Anwar
Cerpen
dengan judul “Di Jalan Al-Kabaah” karya M. Shoim Anwar, merupakan cerpen
bernuansa islami karena menggambarkan kehidupan di Mekkah, tempat di mana umat
islam melaksanakan ibadah haji untuk menunaikan rukun islam ke 5. Jika kita
menelaah cerpen “Di Jalan Al-Kabaah” karya M. Shoim Anwar, kita akan
membayangkan kehidupan di Mekkah dimana terdapat banyak sekali pengemis meminta
belas kasih pengunjung yang sedang melaksanakan ibadah, tetapi jika kita telusuri
lebih mendalam keadaan tersebut tidak jauh berbeda dengan keadaan di Indonesia.
Banyak orang-orang yang lebih memilih menjadi pengemis daripada bekerja dengan
semestinya. Hal tersebut dapat kita jumpai di pinggiran lampu merah, banyak
dari mereka yang sengaja berpakaian lusuh, berpura-pura cacat, bahkan memanfaatkan
anak mereka untuk menambah belas kasih orang sekitar. Kita juga bisa menjumpai
keadaan yang dikisahkan oleh cerpen tersebut saat kita berziarah di wali-wali
Allah yang ada di Indonesia, dimana kita akan menyaksikan pemandangan pengemis
berjajar di sekitar pintu masuk makam dan pintu keluar makam.
Sebenarnya
jika ditarik secara garis besar dalam cerpen tersebut mengisahkan tentang
kesalahan persepsi masyarakat akan makna rezeki di tangan Allah, memang
rezeki setiap umat sudah diatur oleh Allah, tetapi bagaimana cara kita untuk
menjemput rezeki itulah yang diperdebatkan dalam cerpen ini. Kita dapat melihat
bahwa terdapat dua pemahaman dalam menjemput rezeki yang sedang diperdebatkan
di cerpen ini. Pertama, pemahaman kebanyakan warga yang beranggapan bahwa ketika
tangan mereka menadah dan orang lain mengulurkan tangan untuk memberi adalah cara
untuk menjemput rezeki dan wujud dari kata rezeki di tangan Allah yang mereka
anggap itu adalah bagian dari ibadah. Pemahaman kedua terdapat pada tokoh utama
yakni tuan Amali, tuan Amali beranggapan bahwa makna rezeki di tangan Allah tetap
harus kita jemput dengan cara yang benar, kerja keras, dan tanpa menipu orang lain.
Pemahaman-pemahaman
di atas mengenai makna rezeki di tangan Allah sebenarnya dapat kita
lakukan tidak hanya berdoa saja tetapi harus diimbangi dengan sebuah usaha. Apalagi
jiga memilih menjadi pengemis karena sejatinya menjadi pengemis tanpa melakukan
uasaha untuk bekerja akan membuat hidup mereka didera dengan kemiskinan. Meskipun
harta mereka sudah cukup, mereka akan tetap merasa miskin sehingga akan menajdi
pengemis seumur hidup mereka. Sejatinya tangan di atas lebih mulia daripada
tangan di bawah. Berdasarkan ulasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa
cerpen “Di Jalan Al-Kabaah” karya M. Shoim Anwar, sangat menarik dan memiliki
amanat yang sangat luar biasa bagi kehidupan.
Komentar
Posting Komentar